Aceh Utara I Gebrak24.com – Edi Saputra alias Aki Lhee (foto), tokoh masyarakat Cot Girek, akhirnya angkat bicara lantang terkait pola kerja di tubuh perusahaan PTPN. Ia menuding pihak manajemen perusahaan terlalu memaksakan semua jenis pekerjaan harus ditenderkan dapat memiliki dampak signifikan pada putra daerah yang memiliki CV dengan modal terbatas.
“Ini bukan persoalan sepele. Kalau semua pekerjaan harus tender, apa artinya putra setempat yang sudah susah payah membangun usaha? CV yang modalnya kecil jelas tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan besar dari luar. Ini sangat merugikan masyarakat sekitar,” tegas Edi, Sabtu (…).
Ia meminta secara khusus kepada jajaran direksi, termasuk RH, Baru Yudi Chayadi, serta Save. Op, bahkan hingga Kabag Tekpol, untuk meninjau ulang kebijakan tersebut. Menurutnya, tidak semua pekerjaan mesti ditenderkan, apalagi yang skalanya kecil.
“Contoh sederhana, pekerjaan jalan sekitar 10 kilometer seharusnya bisa diberikan secara penunjukan langsung (PL). Begitu juga dengan angkutan tangkos yang volumenya sekitar 7.000 ton, kenapa harus ditenderkan? Di dinas-dinas saja bisa langsung ditunjuk oleh kadis tanpa ribet. Kenapa di PTPN malah seakan-akan semua dipaksa masuk tender?” ujarnya dengan nada keras.
Edi menekankan bahwa kehadiran perusahaan perkebunan negara di Cot Girek seharusnya membawa manfaat nyata bagi masyarakat setempat, bukan malah menyingkirkan mereka dari kesempatan ekonomi.
“Jangan sampai masyarakat merasa dipinggirkan di tanahnya sendiri. Kalau begini caranya, putra daerah hanya jadi penonton. Padahal mereka juga punya kemampuan, hanya kalah di modal,” tambahnya.
Ia pun mendesak manajemen PTPN segera mengkaji ulang pola penentuan pekerjaan dan membuka ruang lebih luas bagi putra daerah. Jika tidak, dikhawatirkan akan timbul gejolak sosial akibat ketidakpuasan masyarakat sekitar. (tim).