Aceh Utara I Gebrak24.com – Wajah pendidikan di Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, kini tengah dirundung awan kelabu. Pasca terjangan banjir hidrometeorologi yang melanda wilayah tersebut, SMAN 1 Baktiya dilaporkan mengalami kelumpuhan total. Fasilitas pendidikan yang seharusnya menjadi tempat mencetak generasi penerus bangsa kini berubah menjadi area yang tidak layak huni akibat rendaman air dan tumpukan lumpur pekat. Estimasi kerugian, diprediksi menembus angka lebih dari Rp1 miliar.
Bencana yang terjadi pada pertengahan Desember 2025 ini bukan sekadar genangan air lewat. Arus banjir membawa material destruktif yang merusak pondasi bangunan serta menghancurkan aset-aset vital sekolah. Dari pantauan di lokasi, kondisi fisik bangunan kini berada dalam status darurat, di mana kerusakan struktural yang terjadi dinilai dapat membahayakan keselamatan para siswa maupun tenaga pendidik jika aktivitas belajar-mengajar tetap dipaksakan berjalan dalam waktu dekat.
Kerusakan Inventaris dan Infrastruktur yang Masif
Kepala SMAN 1 Baktiya, Drs. Marzuki, M.Pd, dalam keterangannya kepada awak media pada Selasa (16/12/2025), mengungkapkan rasa sesak yang luar biasa melihat kondisi sekolah yang ia pimpin. Menurutnya, hampir seluruh fasilitas penunjang pendidikan yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun lenyap dalam hitungan hari.
"Kami kehilangan segalanya dalam waktu singkat. Ribuan koleksi buku di perpustakaan kini telah menjadi tumpukan kertas tak berharga akibat terendam lumpur. Belum lagi meja, kursi, hingga perangkat elektronik mutakhir di laboratorium komputer yang hancur total dan tidak bisa diperbaiki lagi," tutur Marzuki dengan nada prihatin.
Masalah utama yang dihadapi sekolah ini adalah desain bangunan lama yang posisi lantainya jauh lebih rendah dibandingkan permukaan tanah sekitarnya. Hal ini menjadikan gedung sekolah sebagai "bak penampung" air setiap kali intensitas hujan meningkat di Aceh Utara. Oleh karena itu, langkah perbaikan yang hanya bersifat kosmetik dianggap tidak akan menyelesaikan masalah jangka panjang.
Melihat skala kerusakan yang sangat luas, Drs. Marzuki mendesak Pemerintah Provinsi Aceh maupun Pemerintah Pusat untuk segera turun tangan melakukan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab-rekon) secara menyeluruh. Namun, ia menekankan bahwa pembangunan kembali tidak boleh dilakukan asal-asalan.
“Kami membutuhkan respons yang tidak hanya cepat, tapi juga konkret. Lingkungan sekolah saat ini sudah tidak memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak didik. Kami mendorong pemerintah untuk menerapkan konsep bangunan yang tahan terhadap ancaman banjir. Peninggian level lantai dan penguatan struktur bangunan adalah harga mati agar anggaran negara tidak terbuang sia-sia karena kerusakan berulang di masa depan,” tegas Marzuki.
Hingga berita ini diturunkan, seluruh civitas akademika SMAN 1 Baktiya bersama masyarakat sekitar bahu-membahu membersihkan sisa-sisa material banjir. Namun, keterbatasan peralatan dan beratnya medan pembersihan membuat proses ini berjalan sangat lambat. Ada kekhawatiran besar, ratusan siswa di Baktiya akan mengalami ketertinggalan kurikulum yang signifikan.
Langkah darurat sangat dinantikan agar rantai ketertinggalan pendidikan ini tidak semakin panjang. SMAN 1 Baktiya kini hanya bisa menggantungkan harapan pada kebijakan pemerintah agar hak-hak dasar siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak di tempat yang aman dapat segera terpenuhi kembali. ***



