Oleh: Teuku Saifuddin Alba
Gebrak24.com - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah mencanangkan sebuah program ambisius yang diberi tajuk “Makan Gratis untuk Anak Sekolah.” Program ini, yang diklaim bertujuan untuk meningkatkan gizi dan konsentrasi belajar anak-anak Indonesia, menjadi sorotan publik. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan arah kebijakan tersebut. Apakah makan gratis adalah solusi terbaik untuk memakmurkan pelajar, atau justru sebuah langkah mundur yang menutupi persoalan inti pendidikan?
Paradoks Pendidikan: Kenyang Tapi Tak Sekolah
Tak bisa dipungkiri, kebutuhan gizi bagi anak usia sekolah memang penting. Anak yang lapar sulit menyerap pelajaran. Tapi di sisi lain, ada realitas yang lebih mendasar: masih banyak anak Indonesia yang tidak bisa sekolah karena mahalnya biaya pendidikan. Mulai dari seragam, buku, SPP, hingga iuran kegiatan, semuanya membebani ekonomi rakyat kecil.
Maka wajar jika muncul pertanyaan dari masyarakat: mengapa negara memilih memberi makan gratis kepada anak-anak yang sudah bisa duduk di bangku sekolah, sementara banyak anak lainnya justru tak bisa mengakses sekolah sama sekali?
Sekolah Gratis: Fondasi Kesejahteraan Pelajar Sejati
Jika ingin membangun masa depan pendidikan yang berkeadilan, kebijakan yang lebih progresif seharusnya dimulai dari sekolah gratis yang benar-benar bebas biaya dari tingkat dasar hingga menengah. Pendidikan adalah hak dasar, bukan komoditas. Memberikan makan gratis bisa menjadi pelengkap, tapi bukan prioritas utama bila akses ke sekolah sendiri masih belum merata.
Bukan rahasia lagi, masih banyak sekolah di pelosok yang kekurangan guru, fasilitas rusak, bahkan akses jalan yang terputus. Sebuah ironi bila di tengah semua itu, pemerintah justru fokus pada pengadaan makanan massal yang bisa jadi rawan korupsi dan manipulasi anggaran.
Wacana atau Solusi?
Program makan gratis tampak menarik di atas kertas, tapi bisa jadi hanya pencitraan tanpa menyentuh akar persoalan pendidikan. Di tengah defisit anggaran dan tumpukan utang negara, program ini berisiko menjadi beban fiskal yang besar jika tidak dibarengi dengan reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan.
Mengapa tidak dialihkan saja dana makan gratis itu untuk perbaikan fasilitas sekolah, subsidi seragam, pengadaan buku, pelatihan guru, atau bahkan pembangunan sekolah di daerah terpencil? bukankah itu akan lebih terasa manfaatnya bagi masa depan anak-anak Bangsa?
Harapan Rakyat, Pendidikan Bukan Sekadar Pangan
Rakyat Indonesia ingin anak-anak mereka pintar, bukan sekadar kenyang. Mereka ingin masa depan cerah, bukan sekadar perut penuh. Maka sudah saatnya pemerintah mendengar suara hati rakyat: wujudkan sekolah yang benar-benar gratis, berkualitas, dan berkeadilan. Bukan hanya dalam slogan, tapi dalam aksi nyata.
Karena pendidikan sejati bukan tentang apa yang ada di atas meja makan, tetapi tentang apa yang ditanamkan di dalam pikiran dan hati anak-anak bangsa. ***