![]() |
Dr.Iswadi,M.Pd |
Jakarta I Gebrak24.com - Bireuen Pendidikan karakter bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan Indonesia, namun urgensinya semakin terasa di tengah krisis moral yang mengancam generasi muda. Dalam konteks ini, Dr. Iswadi, M.Pd,, Jum'at (02/05) di Jakarta, seorang akademisi dan pemerhati pendidikan nasional, menyuarakan pentingnya peran aktif pemerintah dalam memperkuat fondasi pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan.
Ia menekankan bahwa membangun generasi unggul bukan hanya soal kecakapan akademis, tetapi juga integritas, empati, dan nilai-nilai kebangsaan.Dr. Iswadi, selama ini pendidikan karakter sering kali hanya menjadi slogan yang belum sepenuhnya terimplementasi secara sistemik.
Banyak sekolah memang mencantumkan nilai-nilai karakter dalam visi dan misi mereka, namun belum banyak yang berhasil menerjemahkannya ke dalam praktik pembelajaran yang konsisten. Di sinilah peran negara menjadi krusial.
Pemerintah, sebagai pemegang kendali kebijakan pendidikan, harus lebih serius dalam merancang kurikulum, sistem evaluasi, hingga pelatihan guru yang berorientasi pada pembangunan karakter peserta didik.
Dr. Iswadi menyatakan bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari hal-hal kecil namun fundamental, seperti keteladanan guru, budaya sekolah yang sehat, serta lingkungan belajar yang inklusif. Ia menekankan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembentuk karakter.
Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru harus mencakup aspek pedagogik dan kepribadian. Guru perlu dilatih untuk menjadi figur teladan dalam bersikap jujur, disiplin, dan adil.Lebih lanjut, ia mengkritisi sistem pendidikan yang terlalu menekankan capaian akademik dan nilai ujian semata.
Menurutnya, sistem evaluasi nasional yang cenderung berbasis angka tidak memberi ruang cukup bagi aspek afektif dan psikomotorik yang merupakan elemen penting dalam pendidikan karakter.
“Pendidikan tidak bisa semata dinilai dari angka. Kita perlu menilai bagaimana siswa menghargai perbedaan, bagaimana mereka menyelesaikan konflik secara damai, serta bagaimana mereka menunjukkan empati,” ujar Dr. Iswadi.
Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah integrasi nilai-nilai karakter ke dalam seluruh mata pelajaran, bukan hanya pada pelajaran Pendidikan Pancasila atau agama. Misalnya, pelajaran matematika bisa menanamkan nilai kejujuran melalui keadilan dalam proses evaluasi.
Pelajaran IPS bisa menjadi wadah untuk memahami pentingnya toleransi, sedangkan pelajaran seni dapat menumbuhkan apresiasi terhadap keberagaman budaya. Dengan pendekatan ini, pendidikan karakter tidak menjadi beban tambahan, melainkan bagian organik dari proses pembelajaran.(red/rizal jibro).
No comments:
Tulis comments