-->

Tuesday, May 27, 2025

Opini: Perpres 56 di Usia ke-56: Jejak Sejarah dan Titik Balik Peradaban UIN Sultanah Nahrasyiah Lhokseumawe

 


Oleh: Nurmansyah


Lhokseumawe I Gebrak24.com - Tahun 2025 mencatatkan sebuah tonggak sejarah yang monumental bagi dunia pendidikan tinggi Islam di Indonesia, khususnya di wilayah utara Aceh. Di usia ke-56, IAIN Lhokseumawe resmi bermetamorfosis menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasyiah Lhokseumawe melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 56 Tahun 2024. Perubahan ini bukanlah sekadar alih nama, melainkan simbol dari lompatan sejarah, sekaligus harapan baru bagi kemajuan keilmuan, kebudayaan, dan peradaban Islam di kawasan ini.

Tak banyak momen sejarah yang diiringi keselarasan simbolik seperti ini: Perpres Nomor 56 hadir tepat di usia ke-56 kampus. Sebuah kebetulan yang bukan kebetulan belaka. Ia seolah mengisyaratkan bahwa transformasi ini telah melalui enam dekade pematangan. Dari semangat awal para pendiri hingga cita-cita besar masa kini, seluruh perjalanan itu bermuara pada lahirnya sebuah universitas yang membawa nama besar Sultanah Nahrasyiah, sosok perempuan pemimpin yang menggoreskan tinta emas dalam sejarah Kesultanan Samudera Pasai dan peradaban Islam Nusantara.

Seremoni penyerahan Perpres oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, kepada Rektor IAIN Lhokseumawe, Prof. Dr. Danial, M.Ag, pada 26 Mei 2025 di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, menandai detik-detik bersejarah lahirnya UIN di tanah rencong ini. Turut hadir Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro serta sejumlah pejabat tinggi Kementerian Agama, menunjukkan betapa pentingnya posisi strategis kampus ini dalam lanskap nasional pendidikan Islam.

Bukan Sekadar Nomenklatur: Ini Adalah Lompatan Paradigma

Transformasi dari IAIN menjadi UIN bukan hanya perkara perubahan nomenklatur administratif. Ini adalah refleksi dari pergeseran paradigma akademik dan institusional. Ia menandai kesiapan kampus untuk keluar dari eksklusivitas studi keislaman menuju universitas yang integratif, multidisipliner, dan terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dalam bingkai nilai-nilai Islam.

Seperti yang disampaikan oleh Dr. Iskandar, M.Si, Wakil Rektor I, alih status ini menjadi fondasi baru dalam pengembangan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dengan status UIN, kampus kini memiliki landasan hukum dan struktur yang lebih fleksibel untuk membuka program-program studi umum berbasis keislaman—sebuah peluang besar untuk menjawab kebutuhan zaman dan memperkuat daya saing global lulusan.

Sultanah Nahrasyiah: Simbol Sejarah, Inspirasi Masa Depan

Pemilihan nama Sultanah Nahrasyiah bukan tanpa alasan. Beliau adalah simbol kecemerlangan dan kepemimpinan perempuan dalam sejarah Islam di Nusantara. Sebagai sultanah dari Samudera Pasai pada abad ke-15, beliau dikenal sebagai pemimpin yang adil, religius, dan berwawasan luas. Mengabadikan nama beliau pada sebuah perguruan tinggi Islam merupakan penghormatan atas kontribusinya terhadap peradaban, sekaligus menjadi pengingat bahwa perempuan juga memiliki posisi sentral dalam membentuk sejarah.

UIN Sultanah Nahrasyiah membawa pesan yang kuat: bahwa kampus ini tidak hanya memajukan keilmuan, tetapi juga memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan, inklusivitas, dan keadilan sosial dalam bingkai Islam rahmatan lil ‘alamin.

Dari Aceh untuk Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia

Transformasi ini juga harus dimaknai dalam kerangka yang lebih luas. Aceh, sebagai Serambi Mekkah, memiliki warisan panjang dalam membangun peradaban Islam di Nusantara. Lahirnya UIN di Lhokseumawe memperkuat posisi strategis Aceh dalam peta pendidikan Islam nasional dan global. Kampus ini bukan hanya milik Lhokseumawe atau Aceh Utara, tetapi milik Indonesia, bahkan dunia Islam.

Dengan semangat baru, UIN Sultanah Nahrasyiah diharapkan mampu menjadi poros keilmuan yang mengintegrasikan ilmu agama dan sains modern, menjadi pusat riset strategis, dan melahirkan generasi intelektual yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan akar nilai-nilai Islam.

Menapaki Jalan Baru, Merawat Warisan Lama

Perpres 56 dan usia 56 adalah simbol titik temu antara masa lalu dan masa depan. Di satu sisi, ia adalah warisan perjuangan panjang institusi dan para pendirinya; di sisi lain, ia menjadi gerbang bagi masa depan pendidikan Islam yang lebih maju, humanis, dan relevan dengan tuntutan zaman.

Kini, tugas kita bersama adalah menjaga bara semangat ini tetap menyala. UIN Sultanah Nahrasyiah Lhokseumawe bukanlah titik akhir, melainkan awal dari babak baru yang menuntut kerja keras, inovasi, dan komitmen dari seluruh elemen kampus dan masyarakat. Sebab pendidikan bukan hanya soal mencetak gelar, tetapi membangun peradaban. (SR/red/ops/mi).

Show comments
Hide comments
No comments:
Tulis comments


 

Latest News

Back to Top