-->
Breaking News:
Memuat berita populer...

no-style

Koperasi Tak Akan Maju Jika Anggotanya Tak Satu Tujuan

Redaksi
Wednesday, August 20, 2025, August 20, 2025 WIB Last Updated 2025-08-20T12:20:17Z

 


Oleh: Teuku Saifuddin Alba


Koperasi adalah salah satu pilar ekonomi kerakyatan yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dalam sejarahnya, koperasi tidak hanya dipandang sebagai wadah usaha bersama, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan, keadilan, dan semangat gotong royong. Di desa-desa, keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) dulu pernah menjadi denyut nadi ekonomi rakyat, tempat petani, nelayan, maupun pelaku usaha kecil menggantungkan harapan akan peningkatan taraf hidup.


Namun, harus diakui bahwa perjalanan koperasi di negeri ini, khususnya di Aceh, tidak selalu berjalan mulus. Saya sendiri, Teuku Saifuddin Alba, pernah diberi amanah lebih kurang lima tahun sebagai Manager KUD sebelum konflik besar melanda Aceh. Dari pengalaman itulah saya belajar, bahwa sebaik apa pun sistem koperasi yang dibangun, secanggih apa pun manajemennya, koperasi tidak akan bisa berkembang apabila para anggotanya tidak memiliki satu tujuan yang sama.


Koperasi adalah Rumah Bersama, Bukan Ladang Pribadi


Kesalahan mendasar yang sering terjadi adalah sebagian anggota memandang koperasi hanya sebagai “tempat mengambil keuntungan”, bukan sebagai rumah bersama yang harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan. Ada yang hanya aktif saat pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), tetapi pasif ketika koperasi butuh kontribusi. Ada yang menuntut pelayanan prima, tetapi enggan menunaikan kewajiban sebagai anggota. Sikap seperti ini jelas akan menjadi racun bagi perkembangan koperasi.


Koperasi sejatinya adalah wadah gotong royong dalam bentuk modern. Prinsipnya sederhana: satu untuk semua, semua untuk satu. Jika setiap anggota berjalan dengan arah berbeda, bagaimana mungkin sebuah bahtera bisa mencapai pelabuhan yang diinginkan?


Manajemen yang Kuat Tidak Akan Berdaya Tanpa Kesatuan Tujuan


Sebagai orang yang pernah duduk di kursi manajer, saya merasakan betul betapa sulitnya menggerakkan koperasi jika anggotanya tidak seirama. Keuangan bisa saja sehat, program bisa saja disusun dengan rapi, bahkan bantuan dari pemerintah pun bisa saja mengalir deras, namun tanpa semangat kebersamaan dari anggota, semua itu hanya akan menjadi formalitas belaka.


Banyak KUD yang tumbang bukan karena lemahnya modal atau buruknya manajemen, melainkan karena anggotanya tercerai-berai dalam kepentingan. Ada yang membawa kepentingan pribadi, ada yang dipengaruhi politik, ada pula yang hanya ingin ikut-ikutan tanpa memahami makna sebenarnya dari koperasi.


Koperasi Bukan Sekadar Nama, Melainkan Gerakan


Kita perlu kembali mengingatkan diri bahwa koperasi adalah gerakan sosial-ekonomi, bukan hanya badan usaha. Nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, dan musyawarah menjadi fondasi utama yang harus dijaga. Koperasi tidak boleh menjadi alat segelintir orang untuk memperkaya diri, tetapi harus benar-benar menjadi alat perjuangan ekonomi rakyat.


Sayangnya, di banyak tempat, koperasi hanya tinggal nama. Gedungnya ada, pengurusnya ada, bahkan papan namanya terpampang, tetapi aktivitasnya mati suri. Hal ini terjadi karena anggota tidak lagi melihat koperasi sebagai wadah perjuangan bersama, melainkan hanya sebatas formalitas administratif.


Membangun Kembali Ruh Koperasi


Apabila kita ingin koperasi benar-benar bangkit, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyatukan visi anggota. Tidak ada koperasi yang bisa tumbuh jika di dalamnya masih terjadi tarik menarik kepentingan. Para anggota harus kembali pada ruh koperasi: bahwa keuntungan bersama hanya bisa diraih melalui kerja sama, bukan dengan jalan pintas.


Pengurus harus transparan, akuntabel, dan mampu menjadi teladan. Anggota harus disiplin, bertanggung jawab, dan menumbuhkan rasa memiliki. Pemerintah pun jangan sekadar menjadikan koperasi sebagai proyek pencitraan, tetapi benar-benar memberikan pendampingan, pelatihan, dan pengawasan agar koperasi berjalan di jalur yang benar.


Penutup


Saya meyakini, koperasi tetap relevan sebagai jalan keluar bagi persoalan ekonomi rakyat. Namun, koperasi bukanlah mesin ajaib yang bisa bekerja sendiri. Ia membutuhkan komitmen, kesadaran, dan kesatuan tujuan dari seluruh anggotanya. Tanpa itu, koperasi hanya akan menjadi bangunan tanpa jiwa, papan nama tanpa isi.


Lebih kurang lima tahun pengalaman saya mengelola KUD sebelum konflik di Aceh telah memberikan pelajaran berharga: koperasi hanyalah cermin dari perilaku anggotanya. Jika anggotanya bersatu, maka koperasi akan maju. Jika anggotanya tercerai-berai, maka koperasi akan hancur.


Inilah kenyataan pahit yang harus kita hadapi, sekaligus menjadi tantangan besar untuk kita perbaiki bersama.

Komentar

Tampilkan

  • Koperasi Tak Akan Maju Jika Anggotanya Tak Satu Tujuan
  • 0

Terkini

Iklan

Close x